Article Detail
Antara Tugas, Panggilan Guru Katolik, dan Refleksi Filosofis Pendidikan
Sabtu (18/11) Bapak dan Ibu Guru SD Tarakanita Citra Raya mengikuti Hari
Studi Guru. Sebelum mengikuti HSG, Bapak/Ibu Guru bersama – sama membersihkan
tanaman yang ada di sekolah. Ada yang
mencabuti rumput – rumput liar yang tumbuh di pot – pot. Ada juga yang
menggemburkan tanah. Ada yang memotong ranting pohon – pohon yang sudah tidak
produktif. Semua dilakukan agar sekolah semakin asri dan tetap terlihat indah
sehingga semakin membuat nyaman bagi peserta didik ketika belajar di sekolah.
Adapun narasumber HSG hari ini di sesi pertama adalah Ibu A. Asih Lestari,
S.Pd. menyajikan resensi buku yang berjudul Guru Katolik: Antara Tugas pada
Panggilan di Era Digital karya RD Fransiskus Emanuel da Santo. Bapak Lukas
Jaka Purnama, S. Pd. sebagai narasumber kedua menyajikan topik “ Refleksi
Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara”.
Beberapa gagasan dari buku yang dibaca Ibu Asih adalah sebagai berikut ini. Guru adalah pembaharu dalam
doa. Guru tidak melupakan hidup doa. Guru hendaknya menghayati bahwa mengajar
bukan sekedar untuk mencari upah, namun melakukan dengan cinta. Guru juga
mempunyai tugas terlibat dalam gereja dan masyarakat. Guru dituntut memiliki
karakter mulia dalam dirinya dan mempraktikkan dalam keseharian sebagai
teladan. Dalam mendidik, tidak hanya dalam aspek kecerdasan otak, tetapi juga
mendidik karakter.
Seorang guru perlu banyak membaca untuk memperluas pemahaman dan keluasan ilmu pengetahuannya. Guru hendaknya bisa menginspirasi. Guru membimbing penguasaan melalui proses untuk mengusai kompetensi dan sekaligus membentuk karakter. Guru menjadikan masalah yang dihadapi sebagai tantangan, peluang, dan motivasi sebagai agen perubahan, agent of change. Sekolah menjadi basis awal membangun gerakan berwawasan ekologis dalam membangun keutuhan hidup bersama.
Sementara itu dari pemaparan Pak Lukas Jaka beberapa gagasan adalah sebagai berikut. Pendidik berperan penuntun bagi tumbuhnya kodrat anak. Kodrat anak adalah merdeka yang
secara lahir bebas dan secara batin mandiri. Merdeka batin didapat dari pendidikan dan
merdeka lahir diperoleh dari pengajaran.
Kodrat anak adalah bermain. Melalui permainan dapat disampaikan nilai –
nilai. Contoh nilai – nilai tersebut adalah kerja sama dan strategi. Adapun
contoh permainannya adalah congklak dan gobak sodor. Selain bermain, anak juga sekaligus dapat belajar budi pekerti. Budi dapat diartikan sebagai pikiran/ kognitif
(cipta), perasaan/emosi (rasa), kemauan/kehendak (rasa). Sedangkan pekerti
adalah tenaga perilaku, karya, bakti (raga).
Pendidikan hendaknya berpihak pada anak. Bebas dari ikatan. Suci hati
mendekati anak. Berhamba pada sang anak dengan semurni-murninya,
seikhlas-ikhlasnya sebab cinta kasih kepada anak adalah cinta kasih tak
terbatas.
Dasar pendidikan anak menurut Ki Hajar Dewantara bahwa anak bukan tabula rasa. Pendidikan menebalkan laku anak dengan kontek dirinya. Menebalkan laku anak dapat dilakukan dengan konsteks sosio – kultural. Pendidikan adalah tempat persemaian benih – benih kebudayaan, yaitu sebuah peradaban, sebuah cita – cita masyarakat yang ingin dibentuk sebagai sebuah bangsa.
Selama kegiatan ini berlangsung Bapak/Ibu Guru saling berdiskusi untuk memperdalam pemahaman yang dapat dijadikan tambahan bekal dalam menjalankan tugas mendidik dan mengajar. Kegiatan hari ini ditutup dengan doa oleh Ibu Anastasia Tutik Ariani, S. Pd. Semoga kegiatan HSG hari ini semakin meningkatkan mutu pelayanan dalam dunia pendidikan. Salam sehat dan bahagia.
-
there are no comments yet